Tatkala iblis mengetahui bahwa Allah tidak akan menyerahkan hamba-Nya kepada iblis, dan iblis tidak akan mempunyai kuasa atasnya, maka iblis bersumpah; [QS. Shaad (38) : 82-83]
“Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlish di antara mereka (yaitu orang-orang yang telah diberi taufik untuk menaati segala petunjuk dan perintah Allah).”
Allah berfirman:
“Sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman. Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu. dan Tuhanmu Maha memelihara segala sesuatu.”
Dengan demikian Allah tidak akan memberikan kesempatan kepada musuh-musuh-Nya untuk menguasai hamba-hamba-Nya yang beriman. Karena mereka selalu berada dalam lindungan, naungan dan penjagaan dan selalu berada dalam curahan rahmat-Nya.
Jika salah satu hamba-Nya ada yang dapat dikuasai oleh musuhnya, itu menunjukkan bahwa seorang hamba ketika itu telah dikuasai oleh sifat lupa, dorongan syhawat dan amarahnya. Keberhasilan syetan masuk ke dalam jiwa seorang hamba dari tiga hal itu, walaupun telah dijaga dengan ketat, berarti menunjukkan kelalaian seorang hamba. Atau karena jiwa orang tersebut telah dikuasai oleh syahwat dan amarah hingga sangat mudah bagi syetan untuk menguasa dan mengendalikannya.
Nabi Adam a.s. sendiri, sebagai nenek moyang manusia, adalah makhluk yang paling lapang dan cerdas otaknya. Meskipun demikian, musuh Allah tetap menguntitnya sampai akhirnya ia dapat terjatuh ke perangkapnya dalam keadaan sedemikian terhina. Apalagi dengan orang yang tidak bisa berlapang dada dan bersabar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar