بسم الله الرحمن
الرحيم
Diantara kiat agar
tetap istiqomah dalam ketaatan dan menjauhi kemaksiatan, paling tidak ada tiga
hal yang harus kita lakukan pasca Ramadhan:
1) Bersyukur:
Selama Ramadhan,
bahkan sepanjang hidup kita, banyak sekali limpahan kenikmatan dari Allah
tabaraka wa ta'ala, baik nikmat duniawi maupun nikmat agama, yaitu nikmat
beribadah kepada-Nya, khususnya di bulan Ramadhan yang penuh berkah. Maka untuk
semua kenikmatan tersebut wajib kita syukuri, walau untuk bersyukur secara
hakiki tidaklah mampu kita lakukan. Kalau kita menyadari hal ini, maka
mengapakah kita berani bermaksiat kepada Allah ta'ala, padahal
kenikmatan-kenikmatan yang dianugerahkan kepada kita belum juga kita syukuri
secara hakiki. Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata,
على كل نعمة على العبد
من الله في دين أو دنيا يحتاج إلى شكر عليها ثم للتوفيق للشكر عليها نعمة أخرى
تحتاج إلى شكر ثان ثم التوفيق للشكر الثاني نعمة أخرى يحتاج إلى شكر أخر وهكذا أبدا
فلا يقدر العبد على القيام بشكر النعم وحقيقة الشكر الاعتراف بالعجز عن الشكر
“Atas setiap
nikmat dari Allah untuk seorang hamba, baik nikmat agama maupun dunia wajib
disyukuri, kemudian ketika ia dimampukan bersyukur maka itu adalah kenikmatan
lain yang wajib disyukuri yang kedua, kemudian ketika ia dimampukan bersyukur
yang kedua maka itu juga kenikmatan yang wajib disyukuri berikutnya, demikian
seterusnya, seorang hamba tidak akan mampu mensyukuri semua kenikmatan, oleh
karena itu hakikat syukur adalah pengakuan atas ketidakmampuan hamba dalam
bersyukur.” [Lathooiful Ma’aarif: 244]
2) Harap dan
Cemas:
Sedikit ibadah yang
kita lakukan selama Ramadhan dan di sepanjang hidup kita, hendaklah kita
senantiasa berharap kepada Allah ta'ala agar diterima, dan takut kepada-Nya,
jangan sampai ibadah kita tidak diterima. Maka tidaklah patut kemudian kita
menyombongkan diri dengan ibadah-ibadah yang belum tentu diterima tersebut,
apalagi merasa sudah kembali kepada fitrah, bersih dari dosa, dan menjadi
pembenaran untuk berbuat dosa lagi. Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu'anha
berkata,
يا رسول الله، {
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ } ، هو الذي يسرق ويزني
ويشرب الخمر، وهو يخاف الله عز وجل؟ قال: "لا يا بنت أبي بكر، يا بنت الصديق،
ولكنه الذي يصلي ويصوم ويتصدق، وهو يخاف الله عز وجل
“Wahai Rasulullah, (tentang firman Allah ta'ala)
"Dan orang-orang yang telah memberikan apa yang telah mereka beri, dan
hati-hati mereka dalam keadaan takut" apakah yang dimaksud adalah orang
yang mencuri, berzina dan minum khamar, sehingga ia takut kepada Allah 'azza wa
jalla? Beliau bersabda: Tidak wahai anaknya Abu Bakr, wahai anaknya
Ash-Shiddiq, akan tetapi ia adalah orang yang sholat, berpuasa dan bersedekah,
maka ia takut kepada Allah 'azza wa jalla (akan tidak diterimanya ibadah yang
ia kerjakan)." [HR. Ahmad]
3) Bertakwa
kepada Allah:
Inilah diantara
hikmah puasa Ramadhan dan seluruh ibadah, agar kita makin bertakwa kepada Allah
ta'ala. Dan dengan bekal ketakwaan inilah kita dapat menghadapi makar setan serta
dorongan hawa nafsu untuk berbuat maksiat, oleh karena itu setelah berpuasa
bulan Ramadhan kita disunnahkan untuk berpuasa sunnah di bulan Syawwal. Asy-Syaikh
Ibnul ‘Utsaimin rahimahullah berkata,
بعد شهر رمضان وبعد أن
أدى المسلمون ما أدوا فيه من عبادة الله قد يلحق بعض الناس الفتور عن الأعمال
الصالحة؛ لأن الشيطان يتربص بعباد الله الدوائر ويقعد لهم بكل صراط، وقد أقسم أن
يأتي بني آدم من بين أيديهم ومن خلفهم وعن أيمانهم وعن شمائلهم وقال:
{لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ} [الأعراف:16] ولكن العاقل إذا
تبصر واعتبر علم أنه لا انقطاع للعمل الصالح إلا بالموت، لقول الله تعالى:
{وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ} [الحجر:99]
"Setelah
bulan Ramadhan dan setelah kaum muslimin mengerjakan sejumlah ibadah kepada
Allah di bulan itu, bisa jadi sebagian manusia melemah semangatnya untuk
beramal shalih. Karena setan selalu menunggu kesempatan untuk dapat
menjerumuskan hamba-hamba Allah dan menghalangi mereka dari jalan yang lurus
dengan segala cara, dan sungguh ia telah bersumpah untuk mendatangi anak Adam
dari arah depan, belakang, kanan dan kiri seraya berkata: لَأَقْعُدَنَّ
لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (“Sungguh
aku benar-benar akan menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus.”) (Al-A’raf:
16). Akan tetapi orang yang berakal, apabila ia melihat dengan ilmu dan
mengambil pelajaran maka ia pun mengetahui bahwa tidak boleh putus amal shalih
kecuali dengan kematian, berdasarkan firman Allah ta’ala: وَاعْبُدْ رَبَّكَ
حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ “Dan
beribadahlah kepada Rabbmu sampai datang kepadamu kematian.” (Al-Hijr: 99).”
[Liqo’Al-Baabil Maftuh no. 86]
Dan dengan kembali
beribadah serta beramal shalih pasca Ramadhan, khususnya puasa sunnah 6 hari di
bulan Syawwal, semoga menjadi tanda diterimanya amal ibadah kita selama
Ramadhan.
Al-Hafizh
Ibnu Rajab rahimahullah menerangkan diantara hikmah puasa sunnah Syawwal,
أن معاودة الصيام بعد
صيام رمضان علامة على قبول صوم رمضان فإن الله إذا تقبل عمل عبد وفقه لعمل صالح
بعده كما قال بعضهم : ثواب الحسنة الحسنة بعدها فمن عمل حسنة ثم اتبعها بعد بحسنة
كان ذلك علامة على قبول الحسنة الأولى كما أن من عمل حسنة ثم اتبعها بسيئة كان ذلك
علامة رد الحسنة و عدم قبولها
“Bahwa membiasakan
puasa setelah puasa Ramadhan adalah tanda diterimanya puasa Ramadhan, karena
sesungguhnya Allah apabila menerima amalan seorang hamba, maka Allah memberikan
kemampuan kepadanya untuk beramal shalih lagi setelahnya, sebagaimana kata
sebagian ulama: Ganjaran kebaikan adalah kebaikan setelahnya, barangsiapa
melakukan suatu kebaikan kemudian ia ikutkan dengan kebaikan yang lain maka itu
adalah tanda diterimanya amal kebaikannya yang sebelumnya, sebagaimana orang
yang melakukan kebaikan kemudian ia ikutkan dengan kejelekan maka itu adalah
tanda ditolaknya kebaikan yang telah ia kerjakan dan tidak diterima.”
[Lathooiful Ma’aarif: 244]
وبالله التوفيق وصلى
الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar